Kamis, 23 September 2010

Ide-Ide Gila Bisnis

Tak seperti para pebisnis lainnya, para pencetus ide ‘gila’ ini benar-benar tak pernah patuh pada pakem. Justru karena ide-ide ‘gila’ mereka banyak peluang bisnis tercipta, sesuatu yang luput dari sensor pebisnis biasa.

Sekalipun seorang pemasar jempolan siapa yang berani menerima tantangan menjual lapangan golf yang hanya memiliki dua hole? Sedangkan 16 hole sisanya dijual ke mitra kerjanya dengan cara ketengan? Dan siapa yang mempunyai ide ‘tak masuk akal,’ itu. Bagi Anda yang belum pernah melihat lapangan golf ketengan ini bukan sesuatu lelucon, tetapi memang benar-benar ada yakni di Pantai Glagah, Yogyakarta. Penggagasnya adalah kakak beradik Purdie E. Chandra dan Muhammad J. Prasetya.

Dua kakak beradik ibarat mata air yang tak pernah kering dengan ide-ide ‘gila’ dalam membuka peluang bisnis. Sebelum keduanya berkolaborasi untuk membangun lapangan golf. mereka secara pribadi telah menelurkan beberapa peluang bisnis yang dimulai dengan ide-ide ‘gila.’ Bahkan, dalam sebuah seminar di Batam beberapa waktu Je—panggilan akrab Muhammad J. Prasetya, berkelakar bahwa dia dan kakaknya, Purdie, sebaiknya nggak usah ketemu. Kenapa? “Kalau ketemuan kami musti gatal bikin bisnis baru dengan ide yang nyleneh—tidak masuk akal Red,” katanya.

Je, misalnya, memiliki ide yang sebelumnya tak pernah terpikirkan orang, yakni dengan membuat terminal tiket penerbangan. Membeli tiket pesawat terbang di terminal tiket gagasan Je, Anda layaknya berada di sebuah bandara. Berbagai counter untuk berbagai maskapai penerbangan tersedia di terminal tiket milik Je di Yogyakarta tersebut lengkap dengan fasilitas executive lounge nya. Pertama, memang terkesan aneh, Jual tiket kok tampak ribet. Namun, jangan tanya hasilnya. Sekarang omzetnya mencapai puluhan juta per harinya, ketimbang saat dia hanya buka konter biasa yang rata-rata penghasilannya hanya Rp 5 juta-an per hari.

Purdie, tak kalah dalam hal ide ‘gila.’ Pendiri lembaga pendidikan Primagama ini, mendirikan semacam sekolah yang bisa mendidik orang-orang biasa menjadi entrepreneur yang disebut Entrepreneur University. Ada dua konsep konvensional yang hendak diterobos oleh Purdie. Pertama, kemampuan entrepreneurship ini bisa diajarkan, tidak sebagaimana keyakinan sebagian besar masyarakat kita saat ini yang percaya bahwa entrepreneurship merupakan bakat yang hanya dianugerahkan kepada orang-orang tertentu. Kedua, lembaga pendidikan ini tidak akan pernah memberikan sertifikat atau tanda kelulusan atau surat keterangan apa pun berkaitan dengan kemampuan dari ‘mahasiswa’-nya. Bahkan dalam setiap mentoring nya, Purdie mau mensubsidi sekitar Rp 2 juta selama enam bulan bagi peserta yang saat itu memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya.

Ternyata, meski tanpa memberikan sertifikat apa pun, lembaga pendidikan ini banyak diserbu peminat. Kelak di kemudian hari, terbukti banyak ‘lulusan’-nya yang benar-benar menjadi pengusaha. Sukses EU tersebut banyak mengilhami pengusaha lainnya untuk membikin ‘kursus’ serupa. Khoirussalim Ikhs, pemilik Country Donut— misalnya, kini tengah mengembangkan pendidikan serupa dengan Puspo Wardoyo, pemilik waralaba Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo.

Je dan Purdie kini sibuk membuat pendidikan TK yang juga diwaralabakan. Pertanyaan kita, apa sih hebatnya TK milik Yayasan Primagama tersebut sehingga mampu diwaralabakan seperti lembaga bimbingan tesnya? Hanya Purdi dan Je yang bisa menjawabnya.

Ide ‘gila’ juga diusung sejumlah pengusaha di Bandung. Mereka mendirikan sejumlah outlet yang khusus menjual barang-barang bekas, yang dikenal sebagai babe (barang bekas) atau base (barang seken).

Kalau Anda mengira berbelanja barang bekas ini di tempat yang becek dan kumuh, Anda salah besar. Berbelanja di outlet ini tak ubahnya berbelanja di sebuah supermarket atau hypermarket yang sejuk.

Bagi Anda, yang kelupaan membawa uang cash, jangan cemas karena Anda bisa menggunakan kartu kredit untuk bisa membawa pulang barang-barang bekas ini.

Yang tak kalah ‘gila’-nya adalah ide Gunawan Widjaya dari PT Permata Bumi Kencana. Ia menjual lahan atau kapling pemakaman untuk kalangan atas.Lebih ‘gila’nya lagi, ia membuat konsep lahan tersebut untuk dijadikan tempat pemakaman sekaligus tempat wisata.

Bambang Eko Putro dari Cimahi juga memiliki ide yang cukup ‘gila’ yakni membuat dendeng dari jantung pisang. Selama ini, jantung pisang hampir-hampir tidak memiliki nilai ekonomis, kecuali dibuat sayur oleh orang-orang yang kepepet. Bahkan, malah sebagian masyarakat membuangnya. Tetapi dengan ide ‘gila’ dan sedikit sentuhan teknologi tradisional Bambang bisa menaikkan nilai ekonomis jantung pisang dengan cara membuatnya sebagai dendeng yang rasanya tak kalah gurih dengan dendeng hewani. Untuk 1 kg dendeng jantung pisang dilego Rp 12.000. Peminatnya pun berjibun.

Muhammad Imran dari Yogyakarta juga memiliki ide ‘gila’ yakni menciptakan alat pengusir hantu yang disebut Klasindo Exorcist. Padahal, keberadaan hantu sendiri saat ini masih sering diperdebatkan. Tetapi Imran telah melangkah lebih jauh dengan menciptakan alat tersebut. Konon selain bisa mengusir hantu alat ini juga bisa mengusir santet.



Raja factory outlet dari Bandung, Perry Tristianto Tedja juga termasuk pebisnis yang memiliki ide-ide ‘gila.’ Di saat para pebisnis yang bergerak di bidang fesyen membangun outlet atau butik-butik di pusat kota, ia malah bergerilya dari pinggiran kota. Ia mengusung konsep outlet di sebuah kebun, misalnya All About Strawberry di Cihanjuang dan Temptation di Puncak Bogor. Sebelumnya, ia membangun beberapa outlet di jalan tol. Semula orang mengira siapa yang mau berbelanja di jalan bebas hambatan? Tetapi dengan ide ‘gila’-nya tersebut Perry membuktikan bahwa produk yang dipajang di outlet-nya yang terletak di jalan tol laris manis. Bahkan outlet-nya yang terletak di tengah kebun sudah mulai disambangi pembeli. Omzet dari Temptation di Puncak Bogor sudah mencapai Rp 500 juta per bulan. Sebuah pohon duit di tengah kebun.

Roger Yeh, CEO Raksa Pratikara—sebuah perusahaan asuransi terkemuka di Jakarta, termasuk orang yang berani bertaruh dengan ide ‘gila’nya. Ia berani mempertaruhkan investasi ( di luar investasi waktu dan SDM) Rp 900 juta untuk membangun Raksa Gold Club, suatu layanan plus untuk para nasabah (tanpa memungut fee tambahan) yang mobilnya memiliki nilai pertanggungan di atas US$ 70 ribu. Nasabah selaksa dimanja dengan layanan pijat, medicure, pedicure, Spa, browsing internet dan beberapa layanan lainnya. Ide Roger Yeh ini awalnya bahkan sempat ditentang oleh beberapa orang karyawannya. Tetapi ide yang lazimnya diterapkan hanya di dunia penerbangan dan perbankan itu ternyata telah mendongkrak popularitas Raksa, terutama di segmen asuransi mobil mewah. Dalam kurun waktu satu tahun, member Raksa Gold Club melesat dua kali lipat. Para nasabah pun puas dengan layanan tersebut.

Beberapa contoh di atas, adalah sekelumit dari sepak terjang para pengusaha yang dengan jenius berhasil mewujudkan ide gila nya. Di luar itu, mungkin di kota-kota besar lainnya, ide gila bahkan lebih gila lagi telah dilakukan oleh para pelaku bisnis seperti di Surabaya, misalnya, yang mengembangkan klinik kesehatan keliling, atau Ade Syarifah, pemilik Fantastik Tour & Travel di Batam, yang menerapkan jemput bola ke konsumen dengan menjual tiket penerbangan menggunakan sepeda motor.

Dalam dunia bisnis agaknya diperlukan orang-orang yang memiliki ide ‘gila’ untuk mendobrak kebekuan. Di dunia ini segalanya selalu berubah, tak ada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri. Dan agaknya menciptakan perubahan itu merupakan dunia orang-orang yang memiliki ide ‘gila.’

(Tulisan ini diambil dari : http://forum.kafegaul.com/archive/in.../t-134923.html)

10 Rahasia Beriklan

Anda sedang terburu-buru... Pagi ini Anda mendapatkan sebuah ide cemerlang dan Anda butuh seseorang untuk segera mewujudkannya ke dalam suatu langkah kongkrit! Lalu, Anda mulai mencari-cari beberapa koran yang menawarkan jasa kolom iklan atau bahkan radio dan televisi tempat Anda memaparkan ide-ide cemerlang Anda tersebut.

Baik Anda menggunakan jasa profesional atau menulis iklan Anda sendiri, Anda pastilah menginginkan bahwa iklan Anda tersebut lebih bagus ketimbang iklan-iklan sejenis. Semacam iklan yang mana calon pelanggan Anda akan membaca, mengingat, dan melaksanakannya!

Bagaimana Anda memulainya? Berikut saya paparkan langkah-langkahnya (Anda pun bisa menyewa jasa saya agar lebih mudah...hehe):

1. Mulailah dengan Judul yang Menarik!

Tahukah Anda bahwa mayoritas pembaca Indonesia sering membaca judul iklan setidaknya 2-3 kali lebih banyak dari isi iklan? Itulah sebabnya judul iklan Anda paling tidak bernilai separuh dari biaya pengiklanan. Semisal Anda mengeluarkan dana sekitar 40 juta untuk sekali beriklan di surat kabar, maka judul iklan tersebut bernilai setidaknya 20 juta! Untuk judul iklan yang bernilai 20 juta, sudah sepantasnya lah Anda memasukkan nama brand produk/toko/perusahaan Anda, keuntungan menggunakan produk tersebut, dan tentu saja hal menarik lainnya yang mampu menarik perhatian target market Anda.

Janganlah takut untuk menuliskan judul yang panjang. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa judul iklan yang terdiri dari 10 kata atau lebih, mengandung berita dan informasi penting, cenderung mengalahkan judul iklan yang pendek.

Beberapa kata atau frase pilihan jitu yang bisa Anda sematkan ke dalam judul iklan Anda antara lain: 'Bagaimana Caranya', 'Pemberitahuan', 'Dibutuhkan', 'Mengungkap', 'Perbandingan', dan seterusnya. Terdengar klise tetapi ampuh!

2. Buatlah isi iklan Anda menarik!

Tujuan dari isi sebuah iklan adalah untuk mempromosikan produk/servis Anda sehingga target pasar Anda mau membelinya. Kalimat pertama dari iklan Anda bertujuan untuk menarik minat pembaca untuk membaca kalimat kedua dari iklan tersebut dan seterusnya... Saran saya adalah: buatlah iklan Anda seolah-olah Anda sedang berbicara langsung dengan konsumen Anda; gunakanlah kata-kata yang biasa mereka gunakan! Kalau Anda sedang menjual alat kedokteran, gunakanlah kalimat-kalimat jargon yang biasa digunakan oleh komunitas kedokteran. Apabila Anda menjual produk massal, hati-hati dengan penggunaan kata-kata yang abstrak dan kalimat-kalimat yang kompleks. Gunakanlah kalimat sehari-hari.

3. Jualah Keuntungan-Keuntungan dari Produk Tersebut dengan Cepat!

Coba analisa kembali produk dan servis Anda. Apa yang membedakan produk/servis tersebut dari kompetitor-kompetitor Anda? Kenapa konsumen harus membeli produk Anda? Apa keuntungannya? Sebagai seorang konsumen, saya butuh mengetahui hal-hal yang saya utarakan di atas dengan cepat! Saya tidak peduli dengan bisnis Anda yang sudah dimulai sejak tahun 1919. Atau perusahaan Anda menggunakan teknologi terbaru bla bla bla (oh, come on!). Apa sih untungnya menggunakan produk Anda bagi saya? Jadi beritahukan kepada saya dengan cepat! Penelitian membuktikan bahwa pembaca akan jenuh dan beralih ke hal lainnya setelah membaca 50 kata pertama dari iklan Anda. Jadi sekali lagi...TOLONG, utarakan keuntungan tersebut dengan cepat! Anda mungkin tidak akan mendapatkan kesempatan kedua.

4. Jualah Hanya Satu Hal Saja!

Iklan yang baik hanya memiliki satu ide dan pesan penjualan saja. Semisal Anda memiliki dua atau lebih produk tidak sejenis yang akan Anda jual ke pasar, hendaknya Anda membuat iklan untuk masing-masing. Jangan pernah membuat pusing konsumen Anda dengan beberapa pesan pemasaran dan ingatlah selalu bahwa mereka hanya memiliki waktu beberapa detik saja untuk mencerna pesan-pesan pemasaran Anda.

5. Sokonglah Produk Anda dengan Fakta!

Semakin banyak fakta yang Anda utarakan, semakin meningkat penjualan Anda! Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa ratio kesuksesan sebuah iklan cenderung meningkat ketika informasi seputar fakta-fakta mengenai produk tersebut bertambah. Alasannya sangat mudah. Konsumen Anda bukanlah orang bodoh! Mereka adalah sahabat Anda. Anda telah meremehkan intelejensia mereka dengan percaya bahwa beberapa kalimat dan slogan pendek mampu meyakinkan mereka untuk membeli produk Anda tersebut. Konsumen Anda ingin membuat keputusan pasti! Mereka butuh informasi-informasi seputar produk Anda...

Anda mungkin akan berada dalam situasi di mana kompetitor Anda menjual produk sejenis. Alih-alih memaparkan keuntungan-keuntungan atau perbedaan-perbedaan yang tidak begitu signifikan, ada baiknya Anda menggunakan fakta-fakta kongkrit!

6. Gunakanlah Testimonial dari Konsumen Anda!


Testimonial adalah langkah penyebaran informasi terjitu setelah word-of-mouth. Testimonial dari orang-orang berpengaruh lebih baik! Hal tersebut tidak berarti Anda harus mengocorkan biaya mahal. Ada triknya!

Katakanlah Anda mendengar bahwa selebriti A menggunakan produk Anda. Buatlah suatu penawaran, semisal, free merchandise buat si selebriti tersebut dengan syarat Anda bisa mendapatkan fotonya beserta testimonialnya. Kebanyakan selebriti bahkan terkadang menganggapnya sebagai promosi gratis bagi dirinya sendiri.

7. Janganlah Mengutarakan Kebohongan!


Selalu katakan yang benar mengenai produk/servis yang Anda jual. Anda mungkin berpikir dengan mengutarakan beberapa kebohongan manis, Anda mampu meningkatkan penjualan dari produk Anda tersebut namun demikian, semuanya itu hanya berlaku short-term alias sementara. Kebohongan yang tersembunyi suatu saat akan terungkap baik oleh konsumen maupun karyawan Anda dan itulah saatnya Anda harus gulung tikar. Saya percaya Anda semua ingin bertahan di pasar dalam jangka waktu yang tidak terhingga alih-alih satu atau dua bulan saja...betul? Oleh karena itu, hindarilah kalimat-kalimat yang bersifat superlatif alias membesar-besarkan. Kebenaran haruslah menjadi etika nomor satu di iklan Anda.

Dengan mengatakan bahwa produk Anda lah yang terbaik, Anda harus membuktikannya. Beberapa perusahaan mengadakan survey besar-besaran hanya untuk membuktikan bahwa benarlah produk mereka lebih baik dari produk kompetitor.

Namun demikian, bukan berarti Anda tidak boleh optimis terhadap produk Anda. Saya hendak mengatakan agar jangan optimisme Anda tersebut berujung kepada hiperbola. Adalah hal yang wajar bagi Anda yang menganggap bahwa produk Anda tersebut adalah yang terbaik, namun konsumen tidak akan percaya begitu saja apabila tidak disokong dengan fakta.

8. Outlook vs Inlook!

Tujuan dari sebuah iklan adalah untuk membuat konsumen Anda segera action! (baca: membeli produk/jasa Anda). Bukan untuk membuat konsumen Anda tahu bahwa Anda sedang beriklan. Bukan juga untuk memenangkan semacam kontes beriklan. Ingatlah selalu bahwa Anda bukan sedang menjual iklan Anda tetapi produk Anda. Beberapa pembuat iklan terkadang melupakan hal tersebut sehingga mereka sibuk mendesign outlook dari iklan mereka sedemikian rupa dan lupa bahwa isi dari iklan lah yang terpenting. Menjual produk Anda lah yang terpenting!

9. Beritahu Kepada Konsumen Anda Dimana dan Kapan untuk Membeli!


Iklan Anda sudah menarik perhatian konsumen Anda. Mereka telah mengetahui segala keunggulan mengenai produk Anda. Lalu apa? Jika Anda menginginkan mereka untuk membeli produk Anda, beritahukan di mana bisa mendapatkan produk tersebut, kapan dan kepada siapa mereka bertanya jika butuh informasi lebih lanjut. Jangan lupa pula untuk membuat semacam urgency di benak mereka seperti penawaran terbatas, diskon bila order sebelum tanggal tertentu dll.

10. Review lah iklan Anda!

Pertama, apakah iklan Anda memiliki pengaruh? Apakah iklan Anda mampu merenggut perhatian pembaca ketimbang iklan-iklan lainnya?

Kedua, apakah iklan Anda telah fokus? Apakah iklan tersebut telah menjelaskan primary benefit, dan HANYA primary benefit saja dari produk yang Anda jual? Bukan hal-hal lainnya yang sangat ingin Anda gembar-gemborkan seperti Perusahaan Anda telah menekuni bisnis ini selama 50 tahun (SO WHAT??)

Ketiga, apakah iklan Anda jujur? Maukah Anda menunjukkan iklan tersebut ke orang-orang terdekat Anda?

Dengan mengikut ke 10 cara yang telah saya dipaparkan di atas, saya yakin iklan anda akan SPESIAL!

Glamour Marketing

Siapa pun yang bertanya kepada saya apa itu marketing, maka saya akan memulainya dengan kalimat: Marketing is an art! Marketing adalah sebuah seni! Marketing bukanlah hanya sekedar teknik memasarkan produk dan jasa namun lebih kepada suatu pengaruh dan mungkin saja ‘perang’ psikologi di benak para konsumen. Singkat kata, saya berpendapat bahwa pasar dari marketer saat ini bukanlah di jalan, di toko, di mall, dan sejenisnya tapi di benak para konsumen!

Glamour Marketing ditulis berdasarkan suatu pandangan bahwa seorang marketer handal adalah seorang marketer yang mampu ‘memperdaya’ (glamour) target konsumen nya; ia mampu menciptakan hasrat untuk membeli dari target konsumen nya hingga berakhir ke dalam keputusan pembelian suatu produk atau jasa itu sendiri. Terdengar suram tetapi itulah faktanya.

Mungkin sekarang timbul pertanyaan di benak Anda, apakah menjadi seorang marketer handal berarti Anda harus selalu ‘memperdaya’ atau bahkan ‘menipu’ konsumen Anda? Hadapilah kenyataan, Anda saat ini seorang marketer dan tugas akhir Anda adalah menjual suatu produk dan jasa. Anda tidak mesti ‘menipu’ dengan mengatakan hal yang sama sekali tidak benar mengenai produk dan jasa Anda namun adalah penting dan sangat penting untuk tidak ‘menomorduakan’ produk dan jasa Anda! Saya teringat setiap kali saya hendak merekrut seorang marketer dari beberapa orang marketer yang tampak perlente, pertanyaan pertama yang saya tanyakan kepada mereka adalah: apakah Anda percaya bahwa produk saya ini adalah produk nomor satu? Mereka yang mengatakan YA tanpa sedikit pun keraguan tersirat di wajah mereka biasanya adalah pilihan saya.

Mengapa penting sekali untuk tidak ‘menomorduakan’ produk Anda? Jawabannya sangat sederhana: Anda adalah duta dari produk dan jasa Anda. Apabila Anda sendiri tidak percaya dengan kualitas dari produk dan jasa yang Anda jual, bagaimana Anda bisa mengharapkan seorang konsumen untuk membeli produk dan jasa tersebut?

Seyogyanya, saya membagi marketer ke dalam 3 tipe:

1. Ordinary Marketer
>>> Ordinary Marketer atau OM hanya menjual produk dan jasa yang jelas dibutuhkan oleh konsumen. Ketika Anda menjual pulsa, pasta gigi, mie instan dan produk-produk yang sifatnya low-involvement alias tidak memerlukan pertimbangan yang besar, Anda adalah tipe OM.

2. Extra (Ordinary) Marketer
>>> Extra Marketer atau EM menjual produk dan jasa yang belum tentu dibutuhkan oleh konsumen. Ketika Anda menjual handphone, motor, mobil, dan produk-produk yang sifatnya medium smpai high-involvement alias memerlukan pertimbangan yang cukup besar karena resiko yang melekat pada produk dan jasa tersebut, Anda adalah tipe EM.

3. Special Marketer
>>> Terakhir adalah Special Marketer atau SM ini hanya segelintir orang saja di dunia. SM umumnya menjual produk yang belum tentu diminati dan produknya juga belum ada. Lho kok bisa?? SM ini menjual konsep, ide, dan bahkan mimpi. S.D. Dharmono, yang menyulap daerah gersang Cikarang menjadi kawasan industri yang dilansir terbesar se-asia tenggara, Kawasan Industri Jababeka, termasuk dalam kategori SM.

Untuk menjadi seorang Glamour Marketer, setidaknya Anda berada di kategori EM atau SM seperti yang telah saya sebutkan di atas.
Apa sajakah komponen utama dari Glamour Marketing ini?
Glamour Marketing memiliki 5 tahap implementasi, yakni:

1. Indulgence
>>> Konsep lama berkata bahwa hendaknya seorang marketer menjual produk yang berdasarkan need atau kebutuhan. Konsep tersebut benar tetapi kita harus kembali lagi ke definisi EM dan SM bahwa saat ini Anda sedang menjual produk atau servis yang belum tentu dibutuhkan. Untuk itu, Anda harus membuat keinginan pembelian (buying indulgence) itu sendiri tercipta!

Pernahkah Anda berkunjung ke sebuah mall dimana jauh-jauh hari Anda sudah menggarisbawahi barang-barang apa saja yang boleh Anda beli di sana. Lalu suatu ketika Anda melihat suatu toko baju yang memberikan discount sampai 70%! Membeli baju tidak ada dalam daftar belanja Anda namun ada suatu dorongan tertentu yang membuat Anda akhirnya membeli baju di toko tersebut… Saat ini Anda membeli baju tersebut bukan karena Anda butuh (need) tetapi karena Anda ingin (want) karena adanya faktor-faktor eksternal yang membuat Anda berlaku demikian. Special discount adalah salah satu faktor-faktor eksternal tersebut.

Menurut hemat saya, ada 3 kata emas (golden words) yang mampu menarik perhatian konsumen Indonesia: discount, free, dan scholarship. Konsepnya adalah setiap konsumen punya yang namanya hot button atau tombol panas yang apabila ditekan akan menciptakan buying indulgence itu sendiri. Saya pribadi cenderung membeli barang yang sebenarnya tidak saya butuhkan apabila si sales berkata ‘barang ini tinggal SATU-SATUNYA…’

2. Special
>>> Adalah suatu fakta bahwa semua orang senang diperlakukan special. Glamour Marketer harus tanggap akan hal tersebut dan setidaknya mampu menjawab dua pertanyaan berikut: apa sih yang spesial dari produk dan jasa yang Anda jual? Mengapa membeli produk dan jasa Anda tersebut membuat mereka spesial?

Penting sekali kiranya Anda mampu mengaitkan semacam emotional attachment dengan produk dan jasa yang Anda jual. Kalau Anda mampu menjawab dua pertanyaan tersebut dan membombardir konsumen Anda dengan informasi-informasi tersebut, saya yakin buying indulgence mereka akan semakin besar. Namun demikian, jangan senang terlebih dahulu karena Anda belum menghasilkan apa-apa. Anda harus segera lanjut ke tahap berikutnya sementara parameter buying indulgence mereka sedang tinggi.

3. Limit
>>> Berikutnya yang harus Anda lakukan adalah membombardir konsumen Anda dengan Limit (Batas) yang saya bagi ke dalam dua hal: Time Limit (Batas Waktu) dan Product Limit (Batas Produk).

Hendaknya Anda mengetahu bahwa suatu produk yang bagus dan spesial tidak dijual setiap saat dan tidak dijual dalam kuantitas yang sembarangan. Selalu ada ‘batas’ untuk sesuatu yang spesial! Beritahukanlah kepada konsumen Anda bahwa produk Anda yang bagus tersebut dijual dalam waktu terbatas dan jumlahnya pun terbatas jadi jika mereka tidak segera membeli produk tersebut, mereka akan rugi besar!

Strategi Limit ini sering digunakan oleh sales penjualan rumah inden dimana mereka memberitahukan harga dari rumah tersebut di masa depan yang jauh lebih mahal ketimbang Anda membelinya sekarang. Mengetahui hal tersebut tampaknya Anda merasa sayang untuk melewatkan kesempatan tersebut.

4. Minimum
>>> Setelah mereka tahu Time Limit dan Product Limit, biasanya terjadi kemelut di benak si konsumen. Kemelut itu semakin diperparah ketika produk yang Anda jual termasuk high-involvement yang dicirikan dengan resiko besar terkait dengan uang yang harus mereka keluarkan. Disinilah kepiawaian Anda sebagai marketer diuji! Anda terapkan tahap keempat yakni Minimum. Minimum di sini bisa berarti banyak hal: Anda bisa tawarkan untuk membayar DP (Down Payment) terlebih dahulu dan cicilan. Anda bisa juga memberikan penawaran terbatas di mana jika si konsumen membeli produk Anda sebelum tanggal tertentu maka akan diberikan kortingan atau mungkin free gift.

Hemat saya, kegagalan penjualan dari produk yang high-involvement seperti rumah atau mobil atau bahkan pendidikan sekalipun adalah karena tidak memilki konsep yang jelas dan yang paling krusial adalah skema pembayaran yang ngawur. Terkadang konsumen Anda memiliki uang yang cukup untuk membeli produk Anda tetapi karena resiko yang dirasa cukup besar, mereka kembali mengurungkan niatnya.

5. Assurance
>>> Taruhlah mereka membeli produk Anda, apakah Anda selanjutnya akan ongkang-ongkang kaki? Tidak! Produk mungkin sudah terbeli tetapi tugas Anda sebagai customer support tidak akan pernah berhenti. Hendaknya Anda menyempatkan waktu Anda untuk meyakinkan (assurance) konsumen Anda kembali bahwa produk yang telah mereka beli sangatlah tepat dan bahwa Anda bersedia membantu mereka apabila mereka menemui masalah dengan produk tersebut di kemudian hari.

Dengan melakukan ke lima langkah tersebut, saya yakin Anda akan menjadi seorang marketer yang handal dan juga disenangi oleh para konsumen Anda.

Invidualis tidak lah BURUK!!!

Menjadi orang yang bersifat individualis terkadang adalah suatu aib di dalam organisasi yang menuntut kerja sama tim. Para individualis ini cenderung tertutup dan mengerjakan sesuatunya seperti apa yang mereka inginkan. Tak jarang mereka ini menerobos anggota tim lainnya dan/atau segala prosedur standar organisasi apabila hal tersebut dirasa menganggu kinerja mereka. Alhasil, mereka cenderung dijauhi dan dicela oleh anggota tim lainnya. Namun demikian, perlu Anda ketahui semua bahwa
1) Tidak semua orang terlahir dengan kemampuan sosial seperti Anda
2) Individualisme bukanlah hal yang buruk dalam tim maupun organisasi.

Tidak semua orang terlahir dengan kemampuan sosial seperti Anda

Mau tidak mau, anda harus mengakui bahwa semua orang tidak terlahir dengan kemampuan sosial seperti Anda sama halnya dengan semua orang tidak terlahir dengan kemampuan slam dunk layaknya Michael Jordan. Layaknya kemampuan olah raga, kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain bukanlah bakat lahir melainkan sesuatu yang perlu dipelajari oleh setiap individu dan melalui proses yang cukup lama serta dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Fakta lainnya adalah setiap orang memiliki apa yang saya sebut sebagai private room (ruang pribadi) masing-masing. Ruang pribadi ini adalah waktu bagi seorang individu untuk melakukan segala sesuatunya bagi diri mereka sendiri tanpa mengindahkan lainnya. Hanya saja, beberapa orang memiliki ruang pribadi yang lebih besar ketimbang lainnya sehingga mereka sering tampak 'individualis'.

Ketika Anda berbicara dengan para individualis ini, sebaiknya Anda menempatkan posisi Anda di sepatu mereka. Para individualis telah mengalami sejumlah peperangan selama hidup mereka, cukup untuk menyadari bahwa mereka 'berbeda' dan tidak semua orang mau menerima cara pandang mereka apa adanya jadi umumnya mereka ini memiliki pembawaan curiga, dingin, dan tidak bersahabat. Apa pun itu, ikuti dulu apa yang mereka bicarakan... Baru utarakan pendapat Anda secara baik-baik dan sopan kepada mereka.

Individualisme Bukanlah Hal yang Buruk dalam Tim Maupun Organisasi

Seorang individualis biasanya adalah seorang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Mereka berani melakukan segala sesuatunya sendiri adalah bukti tingkat kepercayaan diri mereka yang begitu tinggi. Kuncinya adalah bukan menyudutkan para individualis ini tapi tahu dimana menempatkan mereka! Tempatkanlah mereka dalam suatu bidang kerja spesifik yang tidak mengharuskan mereka bekerja sama dengan anggota tim lainnya. Bidang kerja spesifik ini dapat berupa pembuatan proposal kerja sama sampai kepada dealing dengan client. Para individualis ini biasanya memiliki tingkat kinerja yang di atas rata-rata ketimbang anggota lainnya karena motivasi dan ambisi mereka untuk selalu lebih hebat daripada yang lainnya.

Satu hal yang perlu diketahui oleh Anda bahwa seorang individualis tidak pernah cocok bekerja dalam tim TAPI bukan berarti mereka tidak cocok menjadi bawahan Anda atau bahkan pemimpin Anda! Faktanya mereka biasa melakukan segala sesuatunya sendiri dan sangat yakin dengan hasil kerja mereka. Ketika ada orang lain yang ditugaskan untuk membantu mereka, para individualis ini cenderung menganggapnya sebagai 'penghalang' saja.

Sebagai bawahan Anda, Anda akan mendapatkan kinerja yang sangat optimal dari seorang individu. Dan sebagai pemimpin Anda, Anda akan mendapatkan seorang pemimpin yang berapi-api yang senantiasa mengarahkan Anda untuk mencapai 'kesempurnaan' dalam bekerja.

Anda mungkin mengetahui bahwa para manajer sepakbola kerap menaruh pemain dengan skill individualis di depan (frontier) dan di tengah (midfielder) tetapi jarang di belakang (back player). Kenapa? Karena para manajer ini tahu bahwa mereka membutuhkan pemain yang sangat percaya diri untuk menyarangkan bola ke gawang ketika peluang tersebut terbuka tanpa celingak-celinguk ke kanan atau ke kiri menunggu pemain lainnya (frontier); mereka juga ingin sesekali pemain yang tangguh yang mampu membawa bola sendiri ke depan gawang (midfielder) dan membuat peluang tersebut tercipta; tetapi mereka tidak mau menempatkan mereka di belakang (back player) karena mereka tahu bahwa untuk menjaga gawang atau menciptakan strategi offside dibutukan kerjasama yang tinggi dengan pemain belakang lainnya. Sekali lagi kuncinya adalah posisi!

Note:
Tidak Buruk BUKAN BERARTI BENAR
"Usahakan untuk menjadi lebih sosialis dalam kehidupan sosial"